Review Novel Rasa yang Memilih untuk Diam pada Hati yang Berpaling Karya Moch Zuber Syamsudin
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Rasa yang Memilih untuk Diam pada Hati yang Berpaling
Penulis : Moch Zuber Syamsudin
Tebal halaman : 148 halaman
ISBN : 978-602-61200-0-7
Tahun : 2017
Penerbit : CV Jantung Inspiratif
SINOPSIS & REVIEW
Sesuai dengan judulnya, keseluruhan buku ini melukiskan perasaan seseorang yang dipatahkan oleh hati yang berpaling. Kharisma (Isma), perempuan kelahiran Aceh yang harus menghabiskan masa mudanya di Bali setelah tragedi tsunami melanda kampung halamannya. Merantau seorang diri membawanya bertemu dengan tiga sahabat lelaki yang memiliki nasib serupa, meski dengan tragedi yang berbeda. Tegar, sosok teman yang selalu ada untuk Isma, memiliki tekad dan mimpi yang kuat menembus beasiswa hingga Benua Eropa melalui lukisannya. Hisyam, lelaki misterius yang akhirnya menjadi kawan dekat Isma dan selalu menguatkannya saat ia kesepian. Deril, saudara Hisyam berkepribadian pemberani dan tangkas yang akhirnya juga menjadi teman dekat Isma.
Kata orang, hubungan pertemanan antara lelaki dan perempuan tidak pernah murni, selalu ada rasa terselip walau hanya seujung jari. Isma harus tabah menahan perasaannya untuk Tegar selama bertahun-tahun. Tanpa sempat mengucapkan isi hatinya, sosok Tegar telah menyeberang ke lintas Benua untuk mencapai impiannya meskipun harus membentangkan perpisahan dengan sahabat karibnya. Keterpurukan Isma membuka ruang bagi Hisyam untuk mendekat. Sayang, di saat perasaan Hisyam tumbuh mekar, Isma memutuskan mengejar impiannya mengikuti kompetisi melukis hingga ke seberang negara, Thailand. Hanya Deril satu-satunya teman yang tidak mengubah haluan perasaannya pada Isma.
Takdir menuntun Isma bertemu dengan seorang perempuan yang mengenali sosok lelaki dalam lukisannya saat mengikuti kompetisi meluki di Thailand. Sosok itu tak lain adalah Tegar. Sayanganya, di saat yang sama, takdir juga meluluhlantakkan perasannya. Perempuan yang ditemuinya itu rupanya telah terikat janji suci dengan Tegar yang selama ini Isma nantikan kabar dan kepulangannya.
Hemat kata, buku ini ringan untuk dibaca. Konflik cerita mudah dicerna, meskipun alurnya tidak begitu runtut. Jika tidak membaca hingga akhir, barangkali akan kehilangan benang merah cerita. Di setiap awal bab cerita, kata-kata melankolis puisi tersaji sebagai pembuka. Sangat disayangkan beberapa saltik sering ditemui di beberapa bagian, menjadikan titik fokus baca goyah untuk sesaat. Meskipun demikian, buku ini bisa dibaca dan diselesaikan sekali duduk untuk mengobati kesuntukan aktivitas padat kita. Akhir kata, selamat membaca~
Salam,
Assifa
Komentar
Posting Komentar