Hentikan Stigma, Mari Wujudkan Indonesia Bebas Kusta



"Terkadang, seseorang enggan melakukan suatu hal karena stigma masyarakat terhadap dirinya. Misalnya, OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) yang malu berobat karena dicap buruk oleh masyarakat."



Tahukah, Sahabat? 

Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan yang kompleks di Indonesia sehingga memerlukan perhatian dari banyak pihak. Indonesia menjadi penyumbang kasus kusta terbesar nomor tiga di dunia setelah India dan Brazil. Hal ini didukung dengan munculnya 7.146 penderita kusta baru sepanjang tahun 2021 berdasarkan hasil survey per 24 Januari 2022. Tidak hanya menyerang orang dewasa, 11% dari angka penderita kusta tersebut adalah anak-anak (m.mediaindonesia.com).

Tingginya kasus kusta menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar pentingnya pengobatan dan pencegahan terhadap penularan kusta. Terlebih, banyak mitos dan stigma seputar penyakit kusta di tengah masyarakat yang menimbulkan OYPMK enggan berobat. Padahal, penyakit kusta harus segera diobati sedini mungkin agar tidak menimbulkan kecacatan.


Sekilas tentang Kusta

Penyakit kusta sudah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Seorang Norwegia bernama Dr. Gerhard Armauer Henrik Hansen menemukan kuman penyebab penyakit kusta pada tahun 1873, yaitu bakteri Mycobacterium leprae. Itulah sebabnya penyakit kusta juga dikenal dengan nama penyakit lepra atau Morbus Hansen (MH). Penyakit ini menyerang saraf dan kulit manusia. Kusta yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan kecacatan pada anggota tubuh, seperti kebutaan, tangan dan kaki mati rasa, hingga jari-jari kiting dan memendek.


Mitos Seputar Kusta di Indonesia

Di Indonesia, orang yang mengidap penyakit kusta atau OYPMK seringkali dikucilkan. Sebagian masyarakat percaya bahwa kusta merupakan penyakit kutukan akibat dosa besar yang dilakukan. Ada juga yang menganggap penyakit kusta timbul karena guna-guna. Di samping mitos-mitos tersebut, sebagian masyarakat mengira penyakit kusta mudah menular dan tidak dapat disembuhkan sehingga pengidapnya harus diisolasi. 

Faktanya, penyakit kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, tidak mudah menular, dan dapat disembuhkan. Namun demikian, kusta tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Pengidap penyakit kusta perlu melakukan pengobatan sedini mungkin dan secara rutin untuk mencegah disabilitas.


Kenali Gejala Penyakit Kusta

Deteksi dini terhadap penyakit kusta perlu dilakukan untuk mencegah kecacatan. Ingat! Kusta dapat menyerang siapa saja tanpa memandang gender dan usia. Berikut gejala penyakit kusta yang dapat dikenali sejak dini.

  • Munculnya bercak berwarna putih atau kemerah-merahan di kulit.
  • Bercak tersebut tidak gatal, tidak berkeringat, dan tidak berambut.
  • Bagian kulit yang terkena bercak tersebut mati rasa.
  • Bercak tidak dapat sembuh dengan obat kulit biasa.

Apabila Sahabat menjumpai gejala-gejala di atas, segeralah periksa ke Puskesmas terdekat.


Pencegahan terhadap Penyakit Kusta

Kusta merupakan penyakit menahun. Butuh pengobatan lama setelah terjangkit penyakit tersebut hingga sembuh. Beberapa hal berikut dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjangkitnya penyakit kusta. Melalui tulisannya dalam laman klikdokter.com, dr. Devia Irene Putri membagikan beberapa tips agar terhindar dari penyakit kusta.

1. Senantiasa Menjaga Daya Tahan Tubuh

Hingga saat ini, vaksinasi untuk mencegah penyakit kusta belum ditemukan. Oleh sebab itu, menjaga daya tahan tubuh adalah syarat penting untuk menghindari infeksi penyakit kusta. Orang dengan daya tahan tubuh tinggi memiliki risiko kecil tertular penyakit tersebut. Menjaga daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yang sehat, rutin berolahraga, beristirahat cukup, serta mengonsumsi vitamin untuk mendukung kesehatan. 

2. Memastikan Lingkungan Tempat Tinggal Memiliki Ventilasi yang Cukup

Selain menjaga daya tahan tubuh, memastikan ventilasi tempat tinggal juga dapat membantu mencegah tubuh terjangkit penyakit kusta. Pastikan sinar matahari dapat masuk ke rumah untuk menjaga suhu agar tidak lembab karena kuman lepra dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia selama 24 hingga 48 jam pada suhu yang tidak panas. Artinya, semakin panas suhu lingkungan, bakteri lepra akan lebih cepat mati. 

3. Menghindari Bepergian ke Daerah Endemik Kusta

Sebelum bepergian ke berbagai daerah, pastikan terlebih dahulu keadaan daerah yang akan dikunjungi bukan termasuk dalam daftar daerah endemik kusta. Apabila harus ke daerah endemik kusta, pastikan untuk menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan.


Menekan Penularan Kusta 

Kusta dapat menular melalui droplet di udara saat melakukan kontak langsung secara berulang-ulang dengan OYPMK yang belum berobat. Selain itu, kusta juga dapat menular melalui kontak fisik dengan durasi lama. Rata-rata, gejala kusta timbul 3 hingga 5 tahun setelah tertular. Untuk menekan angka penularan, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mendukung eliminasi terhadap penyakit kusta.

  • Apabila diri terdeteksi memilik gejala penyakit kusta, jangan ragu untuk periksa ke Puskesmas terdekat. Tepis stigma masyarakat, fokus pada penyembuhan diri. Lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter secara rutin.
  • Apabila salah satu anggota keluarga atau orang terdekat terjangkit kusta, rangkul dan berikan dukungan penyembuhan dengan mengingatkannya untuk minum obat secara teratur. Selain itu, ajak ia untuk melakukan cek fungsi saraf secara rutin setiap bulan untuk mencegah terjadinya kecacatan. Mengisolasi atau mengucilkannya bukanlah solusi untuk memutus rantai penularan kusta.


Ikut Berpartisipasi Memutus Rantai Penularan Kusta dengan Aksi Nyata

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit kusta menghambat upaya eliminasi terhadap penyakit kusta di Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya sosialisasi dan dukungan untuk menyuarakan Indonesia bebas kusta melalui berbagai aksi nyata. Media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi dan edukasi seputar penyakit kusta. NLR Indonesia sebagai organisasi nonpemerintah yang mendorong pemberantasan kusta memberikan ruang edukasi bagi masyarakat untuk mengenal kusta lebih dekat. Melalui berbagai kegiatan seperti diskusi ruang publik online, webinar campus to campus, hingga menyelenggarakan kompetisi #SuarauntukIndonesiaBebasKusta, NLR Indonesia menjembatani masyarakat yang ingin ikut serta menyuarakan dukungan terhadap eliminasi kusta di Indonesia. 

Mari bersama-sama mengambil peran untuk Indonesia bebas kusta, menjunjung martabat OYPMK, memberikan ruang bagi mereka untuk tetap berkarya di lingkungan masyarakat. Merengkuh dan merangkul mereka adalah upaya nyata untuk memutus rantai penularan kusta.


#KBR #IndonesiaBebasKusta #menulisuntukkusta #SuarauntukIndonesiaBebasKusta #SUKA #LombaKBRxNLR #NLRxKBR #janganlupakankusta #hinggakitabebasdarikusta


Sumber Referensi:

Majni, Ferdian Ananda. 2022. “Kemenkes Ajak Masyarakat Hapus Stigma dan Diskriminasi Kusta Menuju Eliminasi 2024”, https://m.mediaindonesia.com/humaniora/468992/kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta-menuju-eliminasi-2024, diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 20.31.

Putri, dr. Devia Irene. 2020. “5 Tips Mencegah Tertular Penyakit Kusta ”, https://www.klikdokter.com/info-sehat/kulit/5-tips-mencegah-tertular-penyakit-kusta, diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 21.16.

Rokom. 2022. "Menuju Eliminasi 2024, Kemenkes Ajak Masyarakat Hapus Stigma Dan Diskriminasi Kusta", https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220203/2839247/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta/, diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 20.25


Referensi pendukung:

https://nlrindonesia.or.id/

instagram.com/nlrindonesia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel InsyaAllah Aku Bisa Sekolah - Karya Dul Abdul Rahman

Narrative Text: Gisella and The Salt

Contoh Pidato Bahasa Indonesia sesuai PUEBI