SELAMAT TINGGAL - TERE LIYE
"Kita tidak pernah sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan
kesalahan, bahkan berbuat jahat kepada orang lain. Tapi beruntunglah
yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaikinya, dan
menebus kesalahan tersebut. Berani mengucapkan "Selamat Tinggal".
Tere Liye, Selamat Tinggal
Sumber foto: Assifa, 2021 (Buku Dana)
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Selamat Tinggal
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan pertama, 2020
ISBN : 978-602-064-782-1
Tebal Halaman : 360 hlm
SINOPSIS & REVIEW
Awalnya mengira hanya sebatas kisah
romansa Sintong Tinggal dan Mawar Terang Bintang. Lantas, menebak-nebak
apakah seorang Sintong Tinggal akan beralih melabuhkan hatinya pada
Maba Cantik Fakultas Ekonomi bernama Jess, atau tetap bergeming dengan
perasaan masa lalunya.
Rupa-rupanya, salah total!
Buku ini
adalah bentuk satire gamblang perihal dunia perbajakan karya—yang
kalau dibaca sampai tuntas, rasa-rasanya saya sendiri ikut menjadi
sasaran sindiran keras.
Berbeda dari karya-karya Tereliye yang
pernah saya baca sebelumnya, karya ini lebih ngena karena bersinggungan
dengan realitas sekitar saya. Berawal dari latar pendidikan tokoh utama dari
Fakultas Sastra, mengarah ke latar kantin sastra, toko buku bajakan,
hal-hal di sekitar yang tanpa disadari adalah produk dari manipulasi
bisnis bajakan, dan tak luput di akhir cerita, Yogyakarta turut menjadi
pelengkap teka-teki cerita.
Siapa sangka, tokoh Sintong Tinggal
yang diceritakan sebagai mahasiswa abadi karena tak kunjung wisuda dan kesehariannya bekerja menjaga toko buku bajakan milik
pamannya—meskipun bersinggungan dengan prinsipnya—justru menjadi kunci
terkuaknya kepingan kisah wartawan dan penulis besar Sutan Pane yang
hilang kabar tepat sebelum peristiwa 1965. Melalui proses penulisan
skripsi dengan topik Sutan Pane yang didampingi langsung oleh Bapak
Dekan dan digarapnya di sisa-sisa waktu menjelang masa drop out-nya,
Sintong berhasil menggali fakta seputar lima karya masterpiece Sutan Pane
beserta alasan di balik raibnya penulis bernas itu.
Seperti biasa,Tere Liye mampu menguraikan narasi dengan sederhana, namun membekas lepas dibaca. Penamaan tokoh yang unik, pemilihan latar tempat yang mudah dijangkau imajinasi, dan konflik cerita yang menggambarkan realitas sehari-hari menjadi alasan novel ini mudah dicerna oleh pembaca—sekali pun pembaca awam. Meskipun beberapa plot cenderung mudah ditebak, tidak sepenuhnya mengurangi daya tarik untuk lanjut membaca hingga tuntas.
Sintong
Tinggal adalah refleksi keresahan penulis soal dunia hitam yang
dinetralkan. Dunia perbajakan yang dengan sendirinya dilegalkan, tanpa
ada tindakan tegas untuk menumpas. Banyak pihak menelan hasil di atas
kerugian pihak-pihak lain. Setiap tokoh hadir membawa rahasia
yang saling bertautan. Bisnis buku bajakan adalah narasi awal. Lahirlah
tali sindiran lainnya: website ilegal, produksi barang brand palsu,
obat-obatan palsu, hak cipta lagu, dan biang percetakan buku-buku kw
itu.
Lepas membaca lembar demi lembarnya, tumbuh perenungan yang
membekas. Soal ikhlas-tidak ikhlas dan mengadili diri sebagai manusia
culas jika masih belum bisa menghargai karya secara pantas.
Salam,
Assifa
Komentar
Posting Komentar